Bau

Begitu khas bau yang kuhirup, setiap kali kakiku melangkah masuk pintunya. Setiap kali aku memasuki toko buku ini. Toko buku ini ada di beberapa tempat di pusat perbelanjaan. Ribuan buku yang mempunyai bau khas, menguar ke seluruh ruangan. Anehnya setelah 10 menit di dalam ruangan, bau itu sudah menghilang. Syaraf penciumanku udah buntu. Atau sudah kenalan?, betapa cepat waktu toleransinya.

Tidak terhitung berapa kali aku mendatangi toko buku ini. Jenis kertasnya yang menguarkan aroma ini atau dia menjadi berbeda karena ada jutaan bahkan lebih, huruf huruf yang diketik satu demi satu oleh penulisnya? Sang penulis yang menyemprotkan bau bunga melati, tanjung, kayu manis, juga bunga cengkeh di setiap huruf atau kata?

Di suatu waktu, pernah juga aku bersama teman berburu bau. Masuk ke mall hanya untuk mencari tempat kounter parfum. Nah sasaran kami mencoba tester parfum, lumayan kan tinggal milih parfum yang kita suka, cus cus kita semprotin dikit aja, udah wangi lah. Kejailan ini berlangsung selama kami mengikuti pelatihan di negara orang. Namun pesenku jangan sekali kali nyoba beberapa parfum, cusss ke tangan kiri, cuss lagi dengan parfum yang berbeda di tangan kanan. Dijamin deh baunya campur aduk, dan hasilnya pasti…pusing.

Bau itu memang khas bagi setiap orang, dan inilah yang menimbulkan rasa kedekatan dengan seseorang. Coba aja kita pejamkan mata, kemudian ada orang terdekat lewat di sekitar kita. Kita pasti akan mengenal siapa dia dari bau badannya. Pagi itu di halte transjakarta, bus transjakarta jurusan Grogol berhenti, begitu pintu terbuka, berhamburan penumpang keluar. Aku yang menunggu bus jurusan stasiun Palmerah hanya berdiri menunggu bus berikutnya. Tercium bau pengharum badan yang masuk ke alat penciumanku.

Sari bunga atau rempah rempah apa bahan pengharumnya begitu berat kuat mendesak, aroma itu masuk ke hidung meluncur ke dada. Menyesak menekan menyulitkan nafasku. Walaupun hanya sesaat namun cukup menyiksa. Serangan pengharum yang serta merta dan tidak bisa aku prediksi ini menyerangku sejak 5 tahun terakhir. Tidak semua bau membuat sesak nafasku, malah bau sampah di tempat sampah, meski membuatku menutup hidung tapi hanya sebatas itu.

Pernah suatu pagi aku menghadiri undangan rapat di kantor pemerintah. Seperti kebiasaan dan takdir bagiku, selalu jadi peserta nomor satu. Ruangan masih sepi panitiapun belum siap menyambut tamu. Memasuki ruangan, sesuatu yang tidak terlihat menyergapku, memasuki hidung dan merayap ke dalam kerongkongan. Sesaat aku sulit bernafas, secara reflek aku menutup hidup. Bergegas keluar, untuk menghirup udara, agar bisa bernafas.
Apakah sebenarnya bau itu? Aku harus mencari tahu. Adakah yang bisa memberitahuku?

Jasmine, 2 Januari 2019

Leave a Comment