Berziarah ke makam wali, umumnya dilakukan rombongan dengan naik bus. Kali ini Lukman Budiman penggiat lingkungan bersama Tim Gowes Walisongo Depok, mencoba bersepeda ziarah ke makam Wali Songo. Seluruh makam Wali Songo dari Jawa Barat hingga Jawa Timur, dari makam Sunan Gunungjati sampai Sunan Ampel.
Dua hal yang mendorong mereka untuk touring ke makam wali kali ini. Pertama oleh perasaan ingin mencoba karena belum pernah ke makam suci itu. Kedua adalah apabila touring dengan tujuan ke tempat wisata alam, lokasi biasanya jauh dari track sepeda.
Tim Gowes ini beranggotakan 11 orang, dari seluruh tim hanya Lukman yang bukan pesepeda touring, dia biasa bersepeda race. Atribut rombongan terlihat semarak, warna warni kaos jersey, helm, tas, dan kibaran bendera menumbuhkan semangat. Tepat pada hari ibu, 22 Desember 2021, saat matahari sudah condong ke barat, sekitar pukul 17.00 WIB tim Gowes Wali Songo memulai petualangannya.
Berawal dari Depok, tim gowes menyusuri jalan pantura. Perjalanan malam, lampu di bawah sadel dan jeruji sepeda berkilat-kilat tersorot lampu kendaraan lain. Dengan lancar rombongan tiba di Cikarang, mereka menginap di rumah seorang pesepeda.

Ada satu tradisi unik, semacam solidaritas sesama pesepeda. Yaitu dengan istilah “begal” sebuah kebiasaan sambutan pada rombongan pesepeda dari luar kota. Informasi kedatangan biasanya mereka peroleh dari jejaring komunikasi melalui media sosial.
Memasuki wilayah Indramayu, jarak ke pusat kota masih sekitar 11 km, komunitas sepeda Indramayu yang bernama “Debegals” menyempatkan diri menjemput di batas kota, mereka menjamu, bahkan meminta untuk menginap di kota mereka.
Demi menjaga kebersamaan, mereka bermalam di Indramayu, numpang tidur di gedung Madrasah Tsanawiyah. Meja sekolahan mereka atur berjejer, berdempetan hingga membentuk tempat tidur papan panjang. Seluruh anggota tim berharap dapat beristirahat, tapi beberapa orang sulit tidur, serangan nyamuk berukuran besar dan ganas sangat mengganggu.
Pagi harinya tanggal 24 Desember, ban sepeda kembali berputar, menuju Cirebon. Jarak dari Indramayu ke Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon kurang lebih ditempuh selama dua setengah jam.
Tidak lama berziarah di makam ini, pengemis yang menengadahkan tangan dan terus membuntuti, sangat mengganggu kenyamanan para peziarah. Bahkan seorang petugas tanpa sungkan minta tip untuk dimasukkan ke kotak kebersihan. Keluar dari kawasan makam Gunungjati, semua wajah terlihat kurang senang, bisa dibilang semua wajah cemberut.
Sebelum meninggalkan Cirebon, mereka mampir ke Toko Sepeda Sumber Bahagia. Pemiliknya adalah kenalan Lukman sesama pesepeda juga, istirahat sejenak sambil menikmati suguhan. Tidak berapa lama, suara adzan berkumandang dari mesjid di seberang jalan, mereka menunaikan salat Jum’at, kemudian melanjutkan perjalanan.
Ternyata sambutan begal akan mereka temui di beberapa kota, mereka mengharap tim Touring Wali Songo Depok ini mampir sekedar untuk makan dan minum, bahkan ada yang memaksa untuk bermalam.
Solidaritas mereka, menjaga kebersamaan dan silaturahmi sangat mulia, namun konsekuensinya adalah target waktu yang sudah direncanakan tidak terpenuhi. Setiap sambutan begal biasanya menghabiskan waktu sampai dua jam.
Dari Cirebon, tim touring mengayuh pedal menuju kota Brebes, Tegal, Pemalang dan rencana berhenti untuk beristirahat di Pekalongan. Sepanjang jalan pantura relatif tidak begitu sulit, jalan lurus dan datar, tapi karena di dekat pantai, terpaan angin agak kencang menahan laju sepeda.
Terik sinar matahari terasa membakar. Keringat mengucur deras membasahi kaos jersey, lengket di sekujur badan. Terlihat beberapa teman minum untuk menghindari dehidrasi, sambil terus mengayuh sepeda, menyusuri jalan aspal yang panas.
Meskipun harus terus bergerak mengayuh sepeda, kesebelasan penggowes ini bila waktunya salat tiba, tetap berusaha beribadah di mesjid atau mushola. Sebagai musafir mereka bisa melakukan dengan menjamak atau menggabungkan dua waktu salat menjadi satu waktu.
Memasuki Brebes matahari tak lagi garang, namun kondisi mulai lelah, jalan yang lurus menimbulkan rasa ngantuk. Lukman mengubah gir sepeda ke gir paling besar, sehingga banyak kayuhan namun putaran ban sedikit. Ini adalah trik untuk mengurangi rasa kantuk.
Suasana remang bertepatan dengan malam natal 2021, penglihatan harus tetap waspada, karena tidak seluruh jalan berlampu. Anggota tim sudah mulai menurun staminanya, yang dirasa masih kuat berada di barisan depan, Lukman sebagai penyapu paling belakang.
Akhirnya dengan seluruh tim yang sudah kelelahan berhasil melalui kota Pemalang. Untuk menepati target waktu, mereka paksa terus bersepeda supaya bisa bermalam di Pekalongan.
Malam sudah semakin larut, seseorang di depan Lukman mulai pelan dan lemah mengayuh pedal, sepeda seringkali miring. Dengan sigap tangan kiri Lukman segera memegang bahu kanan temannya, mendorongnya membantu untuk memberikan kekuatan. Namun karena sudah dalam keadaan sama-sama mengantuk, kelelahan, konsentrasi sudah agak terganggu.
Ketika ban melewati jalan aspal yang bergelombang, pada kecepatan 20km/jam mengakibatkan sepeda tidak seimbang, ban depan Lukman menyenggol tas bekal temannya.
Brakkk..!!.
Sepeda menungging, Lukman terjungkal bersama sepedanya menubruk sepeda teman yang didorong. Temannya jatuh terpelanting hingga tepi parit.
Lengannya terparut aspal menyobek ujung lengan baju, siku dan lutut terasa perih. Kulit terkelupas, darah mengalir dari siku dan lutut, yang lebih parah adalah paha kanan yang terbentur stang, memar dan nyeri tak terperi.
Dalam kondisi dua orang yang terluka, rombongan agak melambat gerakannya, mereka berdua terpaksa tetap mengayuh pedal dengan menahan rasa perih dan nyeri. Waktu sudah memasuki pukul dua pagi, diputuskan untuk berhenti di Pekalongan.
Untuk mengayuh sepeda dengan luka di siku dan lutut yang masih menganga, serta paha lebam membiru, Lukman memaksakan diri untuk terus melanjutkan touring. Lukman Budiman Galara laki-laki asli Pirang Sulawesi Selatan itu memang suka nekat, tak mudah menyerah. Jangan sampai karena dia terluka akan menggendorkan semangat dan niat anggota tim touring ini.
Hari ketiga kulit Lukman yang sawo matang mulai kelihatan agak gelap. Kumis dan jenggot mulai tumbuh. Sebenarnya dia terbiasa bersepeda race, dengan jarak tempuh antara tiga sampai empat jam, sementara touring ini merupakan perjalanan panjang yang menjadi pengalaman pertama baginya.
Touring ini rencananya akan menziarahi seluruh makam wali di sepanjang pesisir utara. Dari Sunan Gunungjati di Cirebon hingga Sunan Ampel di Surabaya. Perjalanan masih separuh jalan, stamina, semangat dan kebersamaan tim harus terjaga.
Apakah yang akan dihadapi ketika mereka memasuki kawasan Alas Roban yang terkenal dengan kejadian aneh? Akan ada di cerita berikutnya.
Manggala W, 14 Jan 2022
terimakasih mbak..aku share ya…linknya
Terima kasih sudah mampir ….pas aku bales ini ada gempa kecil. Tandanya air di galon barusan goyang goyang. Siap mas…makasihhh
Om satu ini memang luar biasa, selain rajin mentransfer tenaga dalamnya ketika teman sudah mulai lelah, orangnya suka bercanda dan rajin menjadi reporter kami (walaupun sering disela oleh kameramennya). Sehat selalu om lukman✌️🙏
Terima kasih sudah mampir di Blog saya. selamat sudah sukses menempuh perjalanan darat bersepeda sepanjang pulau Jawa. cerita selanjutnya masih dalam proses pengumpulan bahan. Kalau boleh saya diberi kontak WAnya mas. Mau nanya nanya dikit. Terima kasihhh