Menyusuri Sungai Salzach di Kota Salzburg

Berkereta dari Graz, aku turun di Bahnhof (stasiun kereta) Salzburg Austria. Dengan gampang aku menuju terminal bus kota yang terletak tepat di depan Bahnhof. Cuaca cerah. Hari masih belum terlalu siang.

Memang Bahnhof dan terminal bus di Austria, dan German selalu terhubung. Sehingga memudahkan para penumpang melanjutkan perjalanan dengan berganti kereta ke bus atau sebaliknya.

Naik bus kota menuju Hostel JUFA, di jalan Jutiszstrasse. Ketika di dalam bus koperku terjatuh mengenai kaki seorang penumpang perempuan, tapi dia tersenyum. Ternyata dia juga menuju hostel JUFA, kemudian saya tahu dia adalah seorang turis Australia.

Sungai Salzach Urat Nadi Kota Salzburg

Harga kamar disini 15 Euro/malam setara dengan Rp.200.000 sama dengan di Venezia yang seminggu sebelumnya aku kunjungi.

Kamarnya berisi tujuh tempat tidur tingkat. Bersekat antara empat tempat tidur dan tiga tempat tidur lainnya. Harganya cocok untuk turis berkantong tipis, asal cukup untuk tidur dan mandi.

Setelah menaruh barang, istirahat sebentar di lobby aku keluar hostel, mulai mengeksplor kota nan cantik ini. Hari ini tanggal 1 April 2014, perjalananku di Salzburg dimulai. Rencana tiga hari aku menjelajahi Salzburg. Hari ke-empat lanjut ke Wina.

Tidak jauh dari hostel, terlihat bagian atap benteng kuno. Festung atau Benteng Hohensalzburg (bahasa Jerman: Festung Hohensalzburg) adalah sebuah benteng yang terletak di puncak bukit Festungsberg.

Pusat kota Salzburg tidak begitu luas tetapi indah ditopang oleh konturnya berbukit, arti kata Salzburg adalah Salt Castle atau Kastil Garam, yang dengan kata lain merupakan emas putih di kawasan pegunungan selatan.

Kota Salzburg terkenal ke seluruh dunia, karena di kota inilah Wolfgang Amadeus Mozart dilahirkan. Mozart komponis dunia yang lahir di Salzburg pada tanggal 27 Januari 1756 , dan meninggal di Wina pada tanggal 5 Desember 1791.

Sebagai kota kelahiran komponis tingkat dunia, nyaris semua souvenier berkarakter Mozart. Jangan berharap ada artis mampu menyaingi ketenaran Mozart disini.

Jejak-jejak sejarah Mozart, tercecer di beberapa tempat, menjadi tempat yang wajib dikunjungi turis. Seperti rumah Mozart dilahirkan, rumah berdinding warna kuning berlantai empat ini, terletak di kawasan pertokoan.

Pertokoan di Salzburg mempunyai ciri khas yang artistik, gang-gang antar toko berbentuk terowongan yang atapnya melengkung, dimana di atasnya adalah toko atau tempat tinggal yang saling terhubung.

Seringkali aku kagok kalau mau masuk toko yang terdapat di dalam terowongan, karena terpikir itu adalah wilayah pribadi. Bangunan yang khas ini dipengaruhi oleh lahan yang tidak datar dan sempit. Jalan yang agak besar, adalah jalan antar blok pertokoan.

Aku senang dengan kota cantik Salzburg ini, keliling kota tanpa butuh naik kereta atau bus, karena kota tak begitu luas, dan terpusat, satu hari saja hampir semua lokasi sudah bisa kita jelajahi. Tetapi, tentu saja tanpa memahami apa itu apa ini. Hanya sekedar pernah menginjakkan kaki disini.

Keliling Salzburg sendiri, pemandangan dari Benteng.
Di atas kota Salzburg yang indah.

Di tengah kota Salzburg membentang sungai yang bersih dan deras airnya. Sungai Salzach, menambah keindahan kota. Sumber air sungai ini dari pegunungan Alpen. Air inilah yang menjadi sumber air minum penduduk Salzburg.

Ada beberapa jembatan di pusat kota di sepanjang sungai Salzach, namun jembatan Makartsteg yang paling terkenal karena penuh gembok cinta bertuliskan nama orang yang sedang jatuh cinta. Tetapi hanya satu sisi jembatan yang padat, satu sisi kosong, bersih dari gembok-gembok cinta itu.

Lucu-lucu bentuknya ada yang selebar telapak tanganku, atau yang lebih ekstrim, gembok sepeda mereka kuncikan di jembatan itu.

Hari pertama mengelilingi Salzburg, hanya mengunjungi Dom atau Katedral, pertokoan, dan melewati rumah kelahiran Mozart. Kemudian menyeberang sungai melewati jembatan Makartsteg.

Tepi Sungai Salzach
Tepi Sungai Salzach

Sepanjang sungai Salzach banyak turis duduk dan berleha-leha di rumput di turap sungai. Sampai pada jembatan selanjutnya aku berhenti agak lama, memperhatikan orang-orang berlalu lalang, naik sepeda atau berjalan.

Sebelum berbelok ke kanan menyeberang sungai, aku membaca tulisan di tugu kecil di jembatan tersebut, bertulisan “Untuk mengenang dan menghormati para pekerja yang merupakan ribuan narapidana untuk membangun jembatan ini”. Aku yakin ada penderitaan di balik pembangunan ini.

Pertemuan tak terduga dengan bu Tince dan Trita

Saat berbelok ke jembatan aku nyaris bertubrukan, dengan dua orang yang aku kenal. Trita dan bu Tince. Trita hanya melongo aku pun diam hanya memandang mereka dengan takjub. Tak terbayangkan akan bertemu di pojok jembatan di atas sungai Salzach.

Kami saling berangkulan. Bu Tince adalah pensiunan KLH, dan Trita putrinya, teman sekantorku, ruangan kami bersebelahan.

Bu Tince menggiringku berbalik arah menuju hotelnya. Mereka menginap di hotel yang lebih bagus, karena sekamar hanya diisi berdua. Aku disuguhi sop ayam dan nasi masakan bu Tince. Wah rasanya nikmat sekali, setelah lebih dari seminggu hanya makan roti dan buah.

Setelah berbincang aku berpamitan karena sudah menjelang senja, hotel kami berseberangan dipisahkan oleh sungai Salzach, berjalan kaki 30 menit saja.

Langit masih terang, Salzburg memberikan pemandangan indah senja itu. Aku sudah harus kembali ke hotel untuk mengumpulkan energi, demi menikmati Salzburg lebih njelimet lagi esok hari.

Jasmine, 5 April 2022

6 thoughts on “Menyusuri Sungai Salzach di Kota Salzburg”

  1. Waaahhh seru banget bisa jalan-jalan ke Salzburg.
    Dari cerita kakak jadi kepo pengen lihat suasana kota yang mengelu-elukan Mozart & ingin tahu rumah Mozart seperti apa ehehehe
    Ditunggu cerita jalan-jalannya lagi ya kak 🥰💕

    • Terima kasih kak Avi….sudah mau mampir ke Blog aku. Iya Salzburg emang indah, kapan kapan main ke sana kak. Ok..kisah perjalanan yang lain akan saya ceritakan di tulisan berikut ya. Tunggu ya…makasih semangattttt

  2. Mantabb bu, seru kayanya nih kalo ke austria lagi 😎
    *tapiajaksaya😁😁

    Cerita yang menarik dan menginspirasi, bahwa apapun bisa menjadi karya salah duanya tulisan dan gambar 👍👍

    • Terima kasih kak, udah mau mampir di blog tulisan ringan saya ini. Semoga bermanfaat memicu impian buat kesan buat yang belum. Bisa mengeksplor Salzburg nan elok rupawan.

  3. Masya Allah mbak Inung menggambarkan Salzburg dengan bahasa elok menawan.. mbak Inung menjelajahi pelosok dunia dengan santai tegar kuat fisik dan mental seakan jalan2 ke pasar deket rumah…
    Perjumpaan yg benar2 bikin bengong.. . dikota nun jauh diujung dunia seneng bgt ketemu wajah ceria Inung… selamat n semangat terus bertualang dallam ridho kasih sayang Allah swt.. love u always

    • Terima kasih ibu Tience yang baik hati. Tak akan terlupa pertemuan itu, terima kasih ibu dengan nasi dan supnya yang sedaaappppp dulu. Ibu, saya akan menulis cerita perjalanan saya, mohon dukungannya ya bu. salammmm…

Leave a Comment